Sabtu, 16 Januari 2010

JaWa Pos


[ Jum'at, 15 Januari 2010 ]
David Lee Penentu Kemenangan New York Knicks atas Philadelphia 76ers
Tidak Pulang demi Pimpin Knicks Away ke Philadelphia

PHILADELPHIA - Lawatan New York Knicks ke kandang Philadelphia 76ers kemarin (14/1) bisa disebut sebagai laga terberat bagi David Lee. Center Knicks itu harus tampil meski berduka. Sehari sebelum game tersebut, tepatnya Selasa malam atau Rabu WIB (13/1), dia mendapatkan kabar bahwa kakeknya, E. Desmond Lee, meninggal dalam usia 92 tahun.

Sebelum laga itu, Lee mempertimbangkan untuk absen. Klub sudah mengizinkan jika hal tersebut menjadi keputusan Lee. Tapi, dia berubah pikiran. Dia memilih bergabung bersama rekan-rekannya.

Suasana duka terbukti tak memengaruhi penampilan pemain yang Juni lalu berkunjung ke Surabaya dalam rangkaian NBA Madness presented by Jawa Pos tersebut. Lee mencetak 24 poin dalam laga itu. Bahkan, layup Lee pada 13,3 detik menjelang akhir pertandingan menjadi penentu kemenangan 93-92 yang dipetik Knicks atas tuan rumah.

"Saya membuat keputusan tetap di sini daripada pergi ke St Louis (tempat kakeknya disemayamkan, Red). Saya ingin mengisi peran kapten dan pemimpin tim," ujar Lee kepada Associated Press. "Kemenangan itu sangat berkualitas bagi kami. Saya tak punya energi terbaik, tapi sudah cukup (untuk menang, Red)," lanjutnya.

Melihat penampilan heroik Lee, pemain Knicks lain tampil kompak. Wilson Chandler menyumbangkan 18 poin, Al Harrington 17 poin, Jared Jeffries 15 poin, dan Danilo Gallinari 12 poin. Mereka mengantarkan Knicks lepas dari dua kekalahan beruntun. Hasil itu juga menghapus rekor selalu kalah yang didapat Knicks saat melawat ke kandang Sixers, julukan Philadelphia 76ers, dalam sembilan laga terakhir.

"Akhirnya, kami mendapatkan satu (kemenangan, Red) di sini. Kami memperoleh permainan yang bagus saat kami butuh," ujar Jeffries.

Kabar dukacita di laga tersebut tidak hanya datang dari Lee. Center Sixers Samuel Dalembert juga menghadapi duka yang besar. Negeri asalnya, Haiti, baru saja dilanda gempa bumi yang menelan korban jiwa hingga ratusan ribu orang.

Dalembert lahir di ibu kota Haiti, Port-au-Prince, pada 1980. Dia tinggal di sana hingga 14 tahun, lalu hijrah ke Montreal, Kanada. Meski demikian, masih banyak saudara dan kerabatnya yang tinggal di sana.

Dalembert menyatakan masih mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang kondisi anggota keluarganya sebelum laga tersebut. Menurut kabar terakhir yang dia dapat, saat ayah dan saudara perempuannya menghubungi sebelum laga, ada beberapa kerabat dan teman yang belum ditemukan.

"Itu sebuah kehilangan. Saya tak bisa mengatakannya. Kala pertandingan dimulai, saya bisa menjaga pikiran saya untuk tetap berada dalam permainan. Itu seperti membantu saya keluar (dari rasa duka, Red) dalam dua jam," ucap Dalembert yang menyumbangkan 12 poin tersebut. (ady/ang)

Tidak ada komentar: